Kalau Kau Karya Seni di Museum

pagi ini aku terbangun dan buru-buru pakai mantel paling nyaman, jalanan akan sepi karena ini hari kerja, tidak ada yang berangkat liburan (kecuali aku, tentu saja). tapi aku tidak pernah pergi jauh-jauh, hanya mau naik kereta dan turun di salah satu stasiun terdekat museum kota, mampir di toko bunga sebentar, siapa tahu bisa kutaruh di taman (itupun kalau tidak dimarahi satpam), tapi ya, aku kan mau menghargai pahlawan, kalau kutaruh bunga di taman museum kota, patung-patung di dalam boleh jadi tersenyum melihatnya.

aku masuk dan bayar karcis, lalu bertemu serombongan keluarga. bapak, ibu, dan anak lelakinya. ibunya bilang jangan jauh-jauh, nanti barang yang rapuh bisa jatuh. bapaknya beda lagi, menakut-nakuti, seolah ada yang bisa hidup dari patung-patung yang mati.

tapi bapaknya tidak seratus persen salah, kau ada di sana. di tempat paling pojok barisan patung pejuang. hormat tegap, dan sempat membuat patung lain jadi gagap. tapi siapa peduli? pada akhirnya kau jadi patung juga, kan?

melihatmu lagi seperti ini, aku jadi merasa di awasi. kamera cctv dan petugas pengawas seolah bilang, hati-hati, tidak boleh sentuh, tidak boleh melangkah terlalu jauh.

baiklah. baiklah. kau pejuang tangguh, semua menjagamu agar tetap utuh, dan rela diri sendiri jadi runtuh. ya, termasuk aku.


; karena kau sekarang patung pejuang rapuh, di museum milik hatiku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Ningsih untuk Mandala

Pedagang Baju dan Tempurung Kepalamu

BELA NEGARA